agar kolam tanah tidak longsor

Kondisitanah yang digunakan untuk pembudidayaan belut sebaiknya berupa tanah yang tidak labil agar setelah kolam selesai dibuat, tidak terjadi pergeseran atau perubahan kontur tanah. Pasalnya, pergeseran tanah dapat menyebabkan kolam menjadi retak atau longsor, bahkan rusak parah. Akibatnya, kolam tidak dapat digunakan. Sebagaiestimasi biaya membuat kolam renang minimalis, kita ambil contoh untuk kolam berukuran 3m x 5m = 15 meter persegi dengan kedalaman 1,5m. Sistem pompa menggunakan Hayward yang harganya berkisar sekitar Rp 18.000.000,-. Biaya konstruksi memakai sistem hitungan per meter, kita ambil contoh Rp 3.000.000,-/m2. LaporanWartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina. TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta catat ada 57 kejadian tanah longsor di Jakarta sepanjang tahun 2017 sampai 2021. Gerakan tanah atau biasa disebut tanah longsor merupakan peristiwa perpindahan bahan Untukmengantisipasi terjadinya tanah longsor, BPBD DKI mengimbau agar masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali/sungai untuk tidak membangun rumah di atas/bawah/bibir tebing, tidak Carapenanggulangan • Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam di lereng bagian atas di dekat pemukiman. • Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannay supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi Keisya Levronka Tak Ingin Usai. Memasuki musim hujan tahun ini, bencana tanah longsor telah melanda sejumlah tempat, mulai dari Sumatra, Jawa, hingga Nusa Tenggara Timur. Selain memakan korban jiwa, infrastruktur seperti jalan dan jembatan, perkampungan, rumah beserta penghuninya terkena dampak tertimbun material longsor. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan sepanjang 2018-sampai November-terjadi 268 kali bencana tanah longsor, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 848 kejadian. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah kejadian bencana tanah longsor fluktuatif. Masalahnya, lebih dari 112,46 juta hektare atau hampir 60% luas dataran Indonesia adalah kawasan rentan longsor, perbukitan, dan pegunungan curam dengan topografi berombak dan bergelombang. Hitungan ini menurut data dari buku Tanah-Tanah Pertanian Indonesia 2004 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Indonesia. Kita memerlukan informasi tanah, geoteknik, dan geofisik untuk menentukan prakiraan lokasi dan waktu longsor ketika memasuki musim hujan guna mencegah kerusakan lebih parah dan jatuhnya korban. Apa penyebab longsor ? Longsor dapat dikategorikan sebagai salah satu bencana yang disebabkan oleh tanah. Pergerakan massa tanah dan batuan dari atas ke bawah menyebabkan longsor. Kejadian longsor dipengaruhi oleh landai atau curamnya lereng suatu kawasan, tebal atau tipisnya lapisan tanah di atas lapisan batuan penyusun bukit dan gunung, iklim curah hujan, suhu, salju, dan vegetasi. Adapun pemicu yang mempercepat terjadinya longsor antara lain guncangan akibat gempa, tambahan beban pada bagian atas lereng, pemotongan lereng bawah dan hujan deras. Curah hujan tinggi pemicu longsor Air merupakan faktor utama terjadinya longsor. Intensitas hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat akan memicu banjir dan longsor. Untuk mengantisipasi kejadian longsor, kita perlu mengetahui besar dan lamanya curah hujan yang menimpa suatu daerah. Satuan untuk menghitung jumlah curah hujan adalah milimeter mm; 1 mm CH berarti ada 1 liter air hujan yang turun pada areal dengan luas 1 meter persegi. Pada 2 dan 3 November 2018 sejumlah kecamatan di Kota Padang dilanda banjir bandang dan longsor. Ini disebabkan curah hujan yang mencapai 91 mm dan 187 mm dalam waktu lima jam, angka itu termasuk hujan dengan intensitas sangat lebat. Pengukuran di lima stasiun iklim di Kota Padang menunjukkan kisaran curah hujan pada 2 November mulai dari 47,4–91 mm dan 13,7–187 mm pada 3 November 2018. Data ini bersumber penuturan langsung dari Sugeng Nugroho, peneliti Stasiun Klimatologi Padang Pariaman, kepada penulis. Jika dirata-ratakan, maka curah hujan yang turun sekitar 73 mm di Kota Padang. Dengan luas 695 kilometer persegi, maka telah turun air hujan sebanyak 50,75 juta meter kubik setara dengan air dalam kolam renang selama satu hari saja. Air yang turun sebanyak itu, tentu saja tidak akan tertampung oleh tanah dan sungai. Di tanah terjadilah aliran permukaan atau limpasan permukaan runoff. Sedangkan di sungai mengakibatkan meningkatnya debit air sungai secara signifikan. Batas kritis dari aliran permukaan ini adalah 50 meter kubik per detik pada satu daerah aliran sungai DAS. Jika batas ini terlampaui maka terjadilah banjir di dataran aluvial tanah yang terbentuk karena endapan dan longsor pada daerah perbukitan. Tanah dan vegetasi berperan penting menyerap air hujan yang turun. Air hujan masuk ke dalam tanah melalui pori-pori yang ada di tanah. Ini disebut infiltrasi. Setelah semua pori tanah terisi air, tanah akan jenuh air. Inilah awal terjadinya genangan di atas permukaan tanah. Saat tanah jenuh air, maka tanah menjadi lebih berat dan mencair sehingga mudah mengalir. Laju aliran permukaan semakin besar seiring pertambahan volume air hujan yang turun. Permukaan tanah yang ditutupi vegetasi akan mampu menahan dan menyerap air hujan lebih banyak karena terbentuk celah antara akar dan butiran tanah yang dapat menahan air hujan dibandingkan dengan permukaaan tanah tanpa vegetasi atau tanah yang dilapisi beton. Tumbukan air hujan pada tanah tanpa vegetasi akan lebih keras dan memecah agregat tanah sehingga mudah terjadinya aliran permukaan tanah. Sedangkan pada permukaan tanah yang dilapisi beton tak ada air hujan yang bisa masuk ke dalam tanah. Akan semakin rawan longsor jika mendirikan bangunan di puncak dan lereng bukit pada daerah dengan intensitas curah hujan tinggi. Bisakah longsor diprediksi? Peta Prediksi Gerakan Tanah Longsor per 8 Maret 2018 Pukul WIB. BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana menerbitkan peta prediksi longsor secara periodik yang bisa menjadi rujukan untuk melihat tingkat kerawanan suatu wilayah. Longsor biasanya terjadi pada kawasan perbukitan dan pegunungan dengan lerengnya yang curam sampai sangat curam bahkan tertoreh dengan kelerengan >15%. Topografi kawasan rentan longsor berombak sampai bergelombang lereng 8-15%, berbukit lereng 15-30% dan bergunung >30%. Wilayah dengan bentuk berbukit dan bergunung yang rentan longsor mencapai 47,7% di Pulau Jawa dan 35% di Sumatra. Kedua pulau ini memiliki tipe iklim basah dengan jumlah curah hujan tahunan antara 3000 sampai > 5000 mm. Secara teoretis jika faktor penyebab longsor sudah teridentifikasi dan terdokumentasi dengan baik dapat dimodelkan secara matematis untuk prakiraan atau prediksi suatu kawasan rentan longsor atau tidak. Pengetahuan tentang sifat tanah dan geologi suatu kawasan akan menentukan mitigasi untuk menghadapi kejadian longsor di masa datang. Tanah dengan kedalaman yang tipis dan berada di atas batuan yang rapuh berbeda perilakunya dengan kawasan yang memiliki lapisan tanah yang dalam dan bebatuan yang kuat dan kekar ketika curah hujan turun dengan deras. Curah hujan sebagai faktor aktif penyebab longsor tentu tidak dapat dicegah untuk turun deras atau tidak di satu kawasan. Sebenarnya di luar negeri seperti di Amerika Serikat telah ada dipasang alat-alat untuk memonitor longsor. Alat ini dipasang di lokasi rawan longsor, dikendalikan secara nirkabel dan menggunakan satelit atau penginderaan jauh. Sensor longsor ini bekerja secara simultan untuk mendeteksi perubahan dan pergerakan tanah, volume air hujan, geoteknik bebatuan dan kelerengan. Indonesia belum memiliki alat sensor ini karena mahal US$ jika mendatangkan dari luar negeri dan tentu saja diperlukan dalam jumlah banyak. Sedangkan di Indonesia, ditengarai masih dalam proses penelitian. Setidaknya ada sejumlah inovasi alat deteksi longsor dari universitas dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Perubahan iklim pengaruhi longsor? Laporan sekumpulan peneliti perubahan iklim menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan suhu udara di daratan dan suhu air laut sebesar 0,850 derajat Celsius dari tahun 1880 ke 2012. Peningkatan suhu ini biasanya diiringi dengan ketidakteraturan jumlah curah hujan. Misalnya suatu daerah akan mengalami kekeringan atau peningkatan curah hujan yang ekstrem. Fenomena pemicu terjadinya longsor terutama akibat intensitas hujan yang tinggi dan frekuensi hujan deras yang terjadi. Perubahan iklim berdampak langsung dan tidak langsung terhadap lingkungan, ketersediaan air dan faktor perubahan penggunaan lahan akibat aktivitas manusia. Semuanya ini akan berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung terhadap bencana longsor, besar dan kerapnya terjadi longsor tersebut. Apakah kejadian longsor yang banyak di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim? Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC pada 2012 menyatakan bahwa perubahan curah hujan yang tinggi akan memungkinkan terjadinya longsor di beberapa daerah. Masih belum ada penelitian yang memastikan hubungan tersebut di Indonesia, tapi bisa kita jelaskan dengan sains. Alih fungsi hutan dan lahan akan mengubah siklus air. Perubahan fungsi lahan dan bertambah banyaknya bangunan akan mengurangi jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Curah hujan yang lebih deras akan menghasilkan limpahan air menjadi lebih intens, dan memicu terjadinya longsor. Cara mencegah longsor Peranan manusia dalam penggunaan lahan akan lebih mempengaruhi terjadinya longsor. Walau ada teknik mekanis untuk memperkuat tanah di daerah longsor, infrastruktur tersebut tidak banyak di Indonesia. Kita dapat mencegah longsor dengan menanam pohon-pohon di daerah berlereng yang dapat memperkuat tanah. Kawasan lereng terjal sampai sangat terjal sebaiknya jangan dialihfungsikan sebagai lahan pertanian atau perumahan. Jika sudah terlanjur maka lahan itu sebaiknya dibuat teras bangku, budi daya lorong sesuai kontur tanah, atau dipagari dengan vegetasi yang bisa mengikat butiran tanah antara lain dengan tanaman bambu dan rumput vetiver. pinterest Indonesia memang rawan bencana, namun ada sejumlah solusi untuk menyiasati tanah miring longsor, kamu memang perlu mengantisipasi masalah. Situs berita pernah melansir data dari BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional. Dalam kurun waktu 1 Januari hingga 31 Oktober 2020, Indonesia telah dilanda bencana alam. Bayangkan kalau jumlah ini belum menghitung tiga bulan terakhir pada 2020, jumlahnya sudah pasti bertambah. Bencana ini terdiri dari gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gelombang pasang dan abrasi, serta lainnya. Tanah longsor berada di posisi ketiga dengan jumlah bencana mencapai 447 kejadian, di bawah banjir dan angin puting beliung. Jangan salah lo, bencana longsor sering terjadi di Indonesia, negara ini memang rawan longsor karena kontur tanah. Pada 18 November 2020, bencana longsor yang menelan 4 korban jiwa juga terjadi di Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sejumlah kejadian tanah longsor yang menelan korban jiwa dalam jumlah banyak terjadi Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada 2003 dengan 90 korban jiwa. Lantas kejadian serupa juga terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Barat 2014 dengan korban mencapai 100 orang meninggal. Situs properti akan membahas mengenai cara menyiasati tanah miring longsor, bagaimana agar tanah tidak longsor. Ada sejumlah cara mengatasi tanah miring dan cara menanggulangi tanah longsor yang bisa dilakukan. Hal ini bisa menyiasati kalau rumah berada di lereng bukit atau gunung atau berada di kaki bukit. memaparkan sejumlah cara ini bersumber dari berbagai situs berita dan juga situs terkait teknik sipil. Cara Menyiasati Tanah Miring Longsor 1. Membuat Tembok Beton Untuk mencegah terjadinya tanah miring longsor, salah satu caranya adalah membangun tembok beton yang menutup tebing dan lereng. Tembok dari beton atau semen bisa menahan tanah, namun memang harus dibuat semacam saluran air agar air bisa keluar dari tanah dan tidak tertahan. 2. Menanam Pohon di Lereng dan Tebing Cara alami untuk mengatasi tanah miring longsor adalah menanam pohon dengan akar tunggang yang besar, bisa menahan air dan juga tanah. Saat terjadi penggundulan hutan pada tebing atau lereng, nantinya memang bisa berakibat pada tanah longsor. 3. Tidak Memangkas Tebing Secara Tegak Lurus Kalau ingin membuat jalan, rumah, atau bangunan dekat tebing, sebaiknya tidak memangkas tebing secara tegak lurus. Kalau hal ini dilakukan, ada kemungkinan bagian bawah tidak mampu menyangga bagian atas sehingga terjadi tanah miring longsor. 4. Membuat Terasering Atau Sengkedan Pernah melihat sawah yang dibuat tersusun? Nah, inilah terasering atau sengkedan, keduanya memang sama. Terasering atau sengkedan adalah metode konservasi dengan membuat teras untuk mengurangi panjang lereng, peluang air terserap oleh tanah lebih besar. 5. Membuat Soil Nailing Teknik soil nailing adalah teknik memperkuat tanah untuk menjaga kestabilan galian tanah dengan memasukkan besi beton. Besi beton yang dipasang memiliki jarak yang dekat dengan massa tanah sehingga tanah menjadi lebih stabil. 6. Membuat Horizontal Drain Horizontal drain adalah teknik membuat lubang drainase dalam tanah untuk mengurangi tekanan air dalam tanah. Teknik ini juga akan meningkatkan kestabilan lereng atau tebing, air mengalir sehingga tidak terjadi tanah miring longsor. 7. Memasukkan Micropile Teknik micropile ini adalah teknik yang dipakai untuk menstabilkan lereng di semua jenis tanah dan batuan. Tiang beton berdiameter kecil dimasukkan ke dalam tanah, tiang bisa menahan tanah agar tidak terjadi tanah miring longsor. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyiasati tanah miring longsor, meski ada juga cara dengan membuat desain rumah di tanah menurun. Saat merancang rumah atau bangunan yang berada di kontur tanah miring memang berbeda dengan tanah yang datar. Situs properti selalu menghadirkan artikel dan tips menarik mengenai properti, desain, hukum, hingga gaya hidup. Saatnya kamu memilih dan mencari properti terbaik untuk tempat tinggal atau investasi properti seperti Jakarta Garden City. RumahCom – Curah hujan yang turun makin tinggi di akhir tahun memang rawan menimbulkan bencana seperti tanah longsor. Melansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB mencatat setidaknya 511 kejadian tanah longsor terjadi di Indonesia sepanjang 2021. BNPB sendiri mendeskripsikan longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Selain masuknya air ke dalam tanah, ada beberapa faktor lain yang dapat mengakibatkan tanah longsor. Melalui artikel ini, kita akan mempelajari lebih rinci mengenai tanah longsor di antaranya 10 Penyebab Area Rawan Longsor1. Curah Hujan Tinggi2. Gempa3. Tanah yang Kurang Padat4. Lereng Terjal5. Erosi & Penggundulan Hutan6. Penyusutan Muka Air Danau atau Bendungan7. Area Pertanian di Lereng8. Batuan yang Rapuh9. Material Timbunan pada Tebing10. Beban Berat pada Tanah Jenis-Jenis Tanah Longsor1. Longsor Translasi2. Longsor Rotasi3. Pergerakan Blok4. Runtuhan Batu5. Rayapan Tanah6. Aliran Bahan Rombakan Cara Mengurangi Risiko Tanah Longsor 10 Penyebab Area Rawan Longsor Lalu bagaimana bisa terjadi longsor? Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD DIY melalui situs resminya menjelaskan proses terjadi longsor adalah ketika air yang meresap ke dalam tanah menambah bobot tanah. Saat air tersebut menembus tanah kedap air yang menjadi bidang gelincir, tanah pun menjadi licin dan akhirnya bergerak keluar dari lereng. 1. Curah Hujan Tinggi Menjelang musim penghujan antara September sampai puncaknya pada Desember, risiko terjadinya tanah longsor semakin besar. Selama musim kemarau, kadar air pada tanah cenderung akan menguap dan membentuk pori-pori atau retakan. Ketika musim hujan datang, air akan memenuhi celah tersebut dan membuat tanah melunak dalam waktu singkat. Saat fenomena ini terjadi, pergerakan tanah mulai terjadi dan mengakibatkan longsor. 2. Gempa Getaran hebat yang dihasilkan oleh gempa bumi dapat memecah tanah dalam waktu cepat dan akhirnya menjadi longsor. Tidak hanya gempa, getaran terus-menerus dari mesin, ledakan, atau kendaraan yang lewat juga dapat mengakibatkan tanah longsor. 3. Tanah yang Kurang Padat Kerapuhan tanah tidak hanya terjadi akibat musim kemarau. Jenis tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5m dengan sudut lereng mencapai 220 derajat juga berisiko mengalami longsor. Kedua jenis tanah tersebut sangat mudah pecah saat panas dan lembek saat diguyur air. 4. Lereng Terjal Longsor adalah bencana yang mudah terjadi ketika berurusan dengan lereng atau tebing terjal. Hal ini karena semakin terjal lereng maka gaya pendorongnya juga makin besar. Pembentukan lereng dan tebing terjal sendiri terjadi akibat pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. 5. Erosi & Penggundulan Hutan Tidak hanya menghasilkan oksigen, hutan juga sangat penting untuk mengikat tanah dan mencegah terjadinya longsor. Karena itu, daerah yang gundul akibat penebangan hutan berisiko lebih tinggi mengalami erosi dan tanah longsor. Erosi sendiri terjadi akibat pengikisan air sungai atau laut ke arah tebing. Tanpa adanya tumbuhan, tanah yang terkena erosi akan makin cepat mengalami longsor 6. Penyusutan Muka Air Danau atau Bendungan Longsor adalah bencana yang berkaitan erat dengan air. Jika permukaan air danau atau bendungan susut secara cepat, gaya penahan pada tanah akan hilang. Akibatnya, tanah akan retak dan berpotensi mengalami longsor. Kondisi dapat diperparah jika kemiringan bendungan mencapai 220 derajat. 7. Area Pertanian di Lereng Lahan pertanian di lereng dapat berpotensi menimbulkan tanah longsor. Alasannya sederhana, jenis bibit yang ditanam umumnya tidak memiliki akar kuat untuk mengikat bulir tanah. Ditambah dengan penataan lahan perkebunan yang buruk dan genangan di air di petak pertanian semakin meningkatkan risiko longsor. 8. Batuan yang Rapuh Setelah erupsi, gunung berapi biasanya meninggalkan batuan endapan dan sedimen yang merupakan campuran antara kerikil, batu lempung, dan pasir. Material tersebut umumnya kurang kuat dan mudah sekali untuk mengalami proses pelapukan sehingga mudah longsor. 9. Material Timbunan pada Tebing Dalam proyek pembangunan dan perluasan area, biasanya akan dilakukan proses pemotongan tebing dan tanah sisa akan ditumpuk di lembah. Tanah tersebut biasanya belum padat sempurna sehingga mudah sekali terjadi longsor saat diguyur hujan lebat. 10. Beban Berat pada Tanah Jalan raya yang umumnya dibangun di pinggir lereng akan mendapatkan tekanan dari kendaraan untuk waktu lama. Lama-kelamaan, tekanan tersebut dapat memperbesar gaya dorong tanah hingga akhirnya menyebabkan tanah longsor. Tips aplikasi peta digital pada ponsel untuk melihat berbagai bencana alam yang tengah terjadi di sekitar Anda. Jenis-Jenis Tanah Longsor Melalui pembahasan sebelumnya, Anda telah memahami apa saja faktor yang menjadi penyebab sebuah daerah rawan terkena tanah longsor. Kini, mari kita simak jenis tanah longsor yang terbagi dalam 6 jenis di antaranya 1. Longsor Translasi Jenis longsor paling umum ini merupakan peristiwa dimana bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir yang bisa berbentuk rata atau bergelombang landai. 2. Longsor Rotasi Jika longsor rotasi tanah bergerak pada bidang datar, maka jenis rotasi biasanya melibatkan massa tanah dan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk cekungan. 3. Pergerakan Blok Disebut juga longsoran translasi blok batu, jenis tanah longsor ini biasanya ditandai dengan bergeraknya massa tanah berbentuk blok pada bidang gelincir rata. Tidak seperti jenis translasi dimana tanah cenderung berhamburan, pada pergerakan blok, tanah yang jatuh bersamaan akan membentuk seperti kubus atau petak sawah. 4. Runtuhan Batu Sesuai dengan namanya, jenis tanah longsor satu ini terjadi ketika sejumlah besar batuan dan material lain jatuh bebas akibat tanah di bawahnya rapuh serta terkikis. Kejadian longsor ini biasanya terjadi di daerah pantai. Karena material yang jatuh sangat berat, diharapkan warna yang tinggal di lokasi rawan untuk waspada. 5. Rayapan Tanah Rayapan tanah longsor adalah jenis longsor yang bergerak cukup lambat. Dengan jenis tanah berupa butiran halus dan kasar, pergerakan rayapan tanah sering kali tidak disadari orang. Setelah berjalan cukup lama, dampak kerusakan yang terlihat biasanya tiang listrik atau pohon semakin miring karena terdorong longsor. 6. Aliran Bahan Rombakan Terakhir, pada jenis ini longsor terjadi akibat air yang massa tanah bergerak menuruni lereng. Pada tipe ini, kecepatan longsor sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng, volume dan tekanan air, serta material tanah. Aliran Bahan Rombakan sangat berbahaya yang mampu memakan banyak korban karena gerakan longsor dapat terjadi sepanjang lereng hingga ratusan meter. Tinggal di area rawan banjir memiliki risiko yang tinggi mengalami bencana seperti tanah longsor. Ini saatnya Anda mencari hunian, yang bebas banjir dan longsor. Cek pilihan hunian di Lampung dibawah Rp700 juta yang aman dari banjir dan longsor . Cara Mengurangi Risiko Tanah Longsor Bencana alam seperti tanah longsor memang salah satu kehendak Tuhan yang tidak dapat diprediksi. Namun, kita dapat mengurangi risikonya dengan melakukan beberapa pencegahan tanah longsor seperti berikut ini Hindari membangun rumah di atas dan bawah lereng terjal. Longsor adalah bencana yang sering terjadi tiba-tiba tanpa disadari, jadi usahakan tidak mendirikan bangunan apapun di bawah lereng yang tanahnya terlihat rapuh. Tidak membuat kolam aliran air untuk sawah di bagian atas lereng. Genangan air dapat melembutkan tanah sehingga risiko tanah longsor semakin tinggi Sebaiknya, segera tutup dan padatkan retakan tanah yang terlihat dibawah pondasi rumah/sawah agar air tidak masuk melalui retakan. Jangan menebang pohon di daerah lereng. Sebaiknya ditanami dengan jenis tanaman keras yang akarnya kuat dan mampu mengikat tanah. Usahakan tidak memotong tebing jalan menjadi tegak. Ketika tanah di bawahnya mulai terkikis maka dapat terjadi longsor runtuhan batu yang berbahaya. Jangan mendirikan rumah di pinggir sungai karena tanah rawan terjadi erosi dan mengakibatkan longsor. Buat saluran pembuangan air SPA yang dapat menjadi tempat penampungan air tanah SPAT ketika terjadi hujan lebat. Demikian pembahasan mengenai jenis-jenis, penyebab, dan cara pencegahan tanah longsor. Melalui artikel ini semoga kita semua semakin waspada dan dapat terhindari dari bencana. Tonton video informatif berikut ini untuk mempelajari cara mencari rumah bebas banjir! Hanya yang percaya Anda semua bisa punya rumah Tanya Tanya ambil keputusan dengan percaya diri bersama para pakar kami - Tanah longsor adalah salah satu jenis bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia selain gempa bumi, banjir, kekeringan, dan angin Nasional Penanggulangan Bencana BNPB mendefinisikan tanah longsor sebagai salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, yang menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun merujuk sumber lain, pengertian tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, ataupun campuran material-material tersebut, yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses Terjadinya Tanah Longsor Lantas, bagaimana proses terjadinya tanah longsor? Peristiwa tanah longsor dapat terjadi apabila air yang meresap ke dalam tanah menyebabkan bobot tanah bertambah, kemudian menembus sampai ke bidang gelincir, hingga menyebabkannya bergerak keluar lereng. Apabila gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan maka terjadilah longsor. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan, demikian dikutip dari laman BPBD tanah longsor sering muncul di musim hujan, setelah musim kering yang menyebabkan permukaan tanah retak dan berpori. Saat tanah retak, maka air hujan makin mudah meresap ke bagian dalam tanah, membuat kandungan air dalam tanah menjadi jenuh. Air yang terakumulasi di dasar lereng memicu gerakan lateral, sehingga mudah bergerak menuruni lereng. Namun, jika ada banyak pohon maka tanah tidak mudah bergerak longsor. Maka itu, penghijauan di daerah perbukitan, pegunungan dan sekitar lereng penting dilakukan. Jenis-Jenis Tanah Longsor & Ciri-Ciri Area Rawan Longsor Agar dapat lebih waspada terhadap jatuhnya korban baik jiwa maupun harta, maka ada baiknya kita mengenali ciri-ciri daerah yang rentan mengalami tanah longsor. Selain itu, untuk mengenali kerawanan bencana ini, jenis-jenis tanah longsor juga perlu diketahui. Berikut ini ciri-ciri kawasan rawan bencana tanah longsor Umumnya tanah longsor terjadi di wilayah perbukitan dan lereng gunung dengan kemiringan 20 derajat. Lapisan tanah di bagian atas lereng tebal Lahan gundul tidak ada pepohonan, sehingga lereng terbuka Terdapat retakan tanah di atas lereng dan tebing Sistem saluran air yang buruk di daerah lereng Ada mata air atau rembesan di tebing, dan didahului oleh longsoran kecil Adanya bangunan di bagian atas tebing yang menyebabkan beban berlebihan. Jenis-jenis tanah longsor yang umum terjadi setidaknya 6, yakni Longsoran Translasi gerakan massa tanah dan batuan di tebing dengan bidang gelincir rata atau bergelombang landai. Longsorang Rotasi gerakan massa tanah dan batuan pada bidang gelincir cekung Pergerakan Blok longsoran translasi blok batu perpindahan batuan pada bidang gelincir rata atau lurus. Runtuhan batu batuan atau material yang bergerak ke bawah dengan jatuh bebas. Biasanya terjadi di lereng terjal, seperti yang ada di daerah pantai. Rayapan tanah jenis tanah longsor yang lamban bergerak dan lama. Biasanya dapat diamati saat pohon atau rumah mulai miring atau retak perlahan ke arah bawah. Aliran bahan rombakan massa tanah bergerak didorong oleh air, sehingga kecepatan longsor tergantung pada volume air, tekanan air, dan seberapa miring lerengnya. Dapat diamati pada daerah aliran sungai di sekitar gunung merapi, saat berlangsung longsoran lahar dingin. Adapun cara mengurangi risiko tanah longsor ialah sebagai berikut Tidak membangun rumah atau vila di lereng gunung, sehingga beban tanah di wilayah tersebut bertambah. Tidak membuat sawah atau kolam di atas lereng karena air mudah meresap dan menimbulkan retakan di lereng. Tidak membuat rumah di daerah bawah tebing atau lereng, untuk menghindari korban jiwa saat sewaktu-waktu terjadi longsor. Tidak menebang pohon secara membabi buta di sekitar wilayah lereng, agar akar pepohonan dapat mengikat tanah dan mencegah longsor. Menanami daerah lereng gunung dan bukit yang gundul dengan pepohonan, agar tidak terjadi erosi tanah apabila hujan datang. Membuat terasering atau sistem tanah bertingkat jika harus menanam padi di lereng bukit. Terasering akan memperlambat aliran air dan tanah saat hujan. - Sosial Budaya Kontributor Cicik NovitaPenulis Cicik NovitaEditor Addi M IdhomPenyelaras Ibnu Azis - Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis. Seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Sejumlah daerah di Indonesia rawan akan bencana longsor. Longsor menyebabkan banyak kerugian, seperti korban jiwa, rusaknya infrastruktur, rusaknya lingkungan, dan hilangnya tempat tinggal. Baca juga Tahukah Kamu Seberapa Kuat Jaring Laba-Laba? Baca juga Favorit Banyak Orang, Ketahui Bagaimana Tempe Dibuat Lantas, apa yang harus dilakukan agar tak terjadi tanah longsor? Berikut beberapa saran agar tidak terjadi tanah longsor yang bisa dilakukan, yakni 1. Pemantauan dan pembatasan lahan rawan longsor Dilansir dari Encyclopedia Britannica, pencegahan tanah longsor bisa dilakukan dengan pemantauan kondisi stabilitas tanah dan membatasi penggunaan tanah dengan stabilitas rendah. Longsor terjadi di tanah yang tidak stabil, sehingga pembatasan penggunaan lahan bisa mencegah terjadinya longsor. 2. Tidak mendirikan rumah di daerah rawan longsor Agar tidak terjadi tanah longsor, sebaiknya tidak mendirikan rumah, kolam, dan bangunan lainnya di daerah rawan longsor. Daerah rawan longsor, seperti di daerah lereng yang kecuramannya lebih dari 20 derajat, pada lereng berkelok, di bawah tebing, di tanah lempung, lembah, bantaran sungai, dan tanah yang gundul, curah hujan tinggi, dan rawan gempa bumi. Baca juga Kenali Hak dan Kewajiban Konsumen Baca juga Penyebab Tinta Cumi Berwarna Hitam dan Manfaatnya untuk Kehidupan Manusia Dikutip dari Geological Survey, daerah yang umumnya aman dari tanah longsor adalah daerah dengan batuan dasar yang keras dan tidak berseni yang belum bergerak di masa lalu belum pernah longsor, daerah yang sudut kemiringannya datar, dan sepanjang hidung punggung bukit, mundur dari puncak lereng. 3. Memperbaiki drainase air

agar kolam tanah tidak longsor